Dengan bismillah mesra kuawali tinta ini. Ketika suara tak lagi syarat makna. Lisan pula tak lagi kuat daya.Atas namakan jiwa. Diatas kertas ini coba ku bisikkan mantera cinta, Tentang rindu yang membara nan membakar jiwa. Kini, kan ku ajak kau melayang ke sebuah negeri cinta nan abadi. Tetaplah disini, sejenak kan kita jelang panen mutiara dari sang kerang. Tunggu dulu, ternyata Tak perlu lelah memanennya karena sang mutiara tengah hadir dan sedang asyik membaca.
Sahabat, tempo waktu lalu kuceritakan sedikit mengenai dahsyatnya sakaratul maut dan dahsyatnya neraka. Tak imbang kiranya, jika tak kuceritakan pula sebuah negeri yang syarat akan keneikmatan. Insya Alloh petualangan ini tidak akan menjemukan. Bagaimana tidak? kami dapati bahwa “..barang siapa masuk ke dalamnya ia pasti akan mendapat kelezatan dan tidak [akan] sengsara, akan kekal abadi dan tidak akan mati, pakaiannya tidak [akan] rusak, dan keremajaannya tidak akan sirna..” [1]
Bagaimana sahabat, telah tahukah engkau kemanakah hendak biduk perahu ini kn berlayar? Ya, kan kita ceritakan indahnya surga. Bersiaplah.
Sahabat, baru saja memasukinya, ternyata kan kita dapati sebuah salam penghormatan yang datang dari makhluk yang patuh lagi taat pada Allohu. ”…sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu..” [2]
Pun cobalah kau tapakkan kakimu pada alas nan berpijak. Bukankah kau lihat tanahnya bukanlah seperti tanah liat. Bebatuannya pun bukanlah batu kerikil. Ya, kita dapati tanhanya ialah begitu lembut. Allohu ta’ala menjadikan kasturi bak tepung terigu nan putih sebagai alas surga. Batu kerikilnya pun mutiara dan berlian. Subahanalloh.
Rosulullohu Sholallohu ‘alaihi wasalam bersabda :
“…di dalamnya banyak tenda dan kubah yang terbuat dari mutiara. Dan tanahnya adalah kesturi..” [3]
“…tanahnya seperti tepung yang sangat putih, kesturi yang sangat murni..” [4]
“…adukan semennya adalah kesturi yang sangat harum. Batu kerikilnya adalah mutiara dan berlian..” [5]
Subhanalloh, begitu mengagumkan sahabat, siapatah kiranya ciptaannya yang lebih baik dari Alloh, sungguh tiada robb yang berhak diibadahi kecuali DIA.
Sahabat, salah satu hal yang menenteramkan jiwa kita di dunia adalah ketika merasakan aroma wewangian yang sangat harum nan penuh nuansa kelembutan. Kita akan menghirup nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya kembali. Udara segar memenuhi dada serta kedua paru-paru dengan hembusan-hembusan yang mengeluarakan aroma keharuman. Lalu, sejuk dan bergairahlah jiwa-jiwa. Terkikislah jenuh pikiran. Namun tidaklah kekal karena bersifat keduniaan. Adapun di Negeri Penuh Cinta yang kekal abadi maka aroma-aroma harum semerbak tersebut tidak akan punah dan akan selalu tertebar abadi. Kualitasnya pun tentu tak akan terbandingkan.
“..wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan berlenggak-lenggok guna membuat manusia memandangnya, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mendapati aromanya. Padahal aroma Surga bisa dicium dari jarak 500 tahun..” [6]
Duhai penaku, tak jemu-jemu kutitip salam untuk para wanita agar membalut tubuhnya dengan syariat hijab. Aku harap mereka tak memperlihatkan lekuk tubuh dan kecantikannya di depan kami sebagai kaum laki-laki. Sungguh, kami tak membutuhkan apa yang mereka perlihatkan itu. Kami membutuhkan keimanan mereka yang sekokoh karang. Kami membutuhkan aura ketakwaan yang menyemburat dari relung jiwa yang tersirami sejuknya ilmu syar’i.
Begitu banyak jenis pakaian yang ada di dunia dengan berbagai mode. Ia melambangkan keindahan dan selera pemiliknya. Penaku selanjutnya akan mengajak kita melihat gambaran pakaian penduduk Negeri Penuh Cinta agar jiwa ini semakin bergelora merindukan negeri impian tersebut (bukan Negeri Mimpi atau Republik Mimpi).
Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wasalam pernah menjawab pertanyaan salah seorang sahabat tentang pakaian penduduk Surga, apakah lansung diciptakan atau ditenun:
“..tidak, tetapi dikeluarkan darinya buah-buahan surga..” [7] beliau mengatakannya tiga kali. Pun lagi ”..dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera..”[8]
Kawan, makanan, minuman dan buah-buahan merupakan salah satu dari sekian banyak kenikmatan yang Allah sediakan bagi penduduk Negeri Penuh Cinta. Amat berbeda dengan buah-buahan penduduk bumi dari segi rasa, kadar, bahkan warna dan bentuknya walaupun dengan nama yang sama.
Cobalah kau alihkan pandanganmu sejenak, buahnya begitu mudah dipetik kapanpun kita inginkan dan kehendaki. Tanpa ada kesulitan dan tak perlu alat-alat untuk membantu.
”..Dan naungan (pohon-pohon Surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya..”[9]
Pun, kita bisa menikmatinya dalam setiap keadaan baik berdiri, duduk, dan telentang dalam situasi apapun yang kita inginkan.
Rasulullah bersabda:
“..sesungguhnya penduduk Surga akan makan buah-buahan Surga dalam kondisi berdiri, duduk, dan telentang."[10]
Lihatlah kembali kawan, buahnya sebesar guci dan timba. Ia lebih putih dari susu. Lebih manis dari madu. Lebih lembut dari cream. Dan ia tidak memiliki biji..
Rasulullah bersabda:
“..Buah-buahan Surga sebesar guci dan timba. Ia lebih putih dari susu. Lebih manis dari madu. Lebih lembut dari cream. Dan ia tidak memiliki biji..” [11]
Begitu rindunya hati ini dengan kenikmatan negeri nan abadi. Begitu inginnya jiwa ini bersua dalam Surga yang tiada duka dan lara.
Sahabat, burung yang kita dengar kicaunya di dunia dengan segala jenisnya yang banyak memiliki daging yang lezat dan tentu saja mengundang selera, apalagi dengan racikan bumbu-bumbu khas nusantara.
Lantas bagaimana dengan daging burung Surga? Tentu saja lebih lezat dengan cita rasa yang tak bisa dirasakan kelima alat indera kita saat ini.
”..dan daging burung dari apa yang mereka inginkan..” [12]
Abdullah bin Abbas bertutur:
“..maksudnya adalah daging burung yang kalian senangi dan kalian inginkan… Dalam hati seorang dari mereka [penduduk Surga], terbesit [keinginan] (untuk memakan) daging burung di Surga, maka burung itu langsung terbang dan terjatuh di hadapannya sesuai keinginannya dalam keadaan sudah tergoreng atau dipanggang...”
Dalam sebuah hadist disebutkan:
“..sesungguhnya kamu benar-benar melihat burung di surga. Maka burung itu segera terjatuh di hadapanmu dalam keadaan terpanggang..”[13] belum pula ditambah nikmatnya bidadari bertubuh molek, paras cantik nan bermata jeli, ya semoga kita dapatkan bidadari edisi spesial. Hmm.
Sahabat, tibalah kita di kahir petulangan ini. Kiranya air liur ini sudah terjulur sangat menanti penuh harap di negeri syarat nikmat. Hanyalah semburat do’a yang bisa kubingkiskan diakhir perpisahan ini. Semoga kelak kita menjadi penghuni surga. Aamiin
Tulisan ini teradaptasi dari akh. Fachrian almer akiera, group sandiwara langit.
Footnote :
1. Potongan hadist riwayat at-Tirmidzi, no. 2717 dan Ahmad, no.8264. Lihat Jinaan Al-Khuld Na ‘Iimuha Wa Qushuuruha Wa Huuruha. (edisi terjemahan) oleh Syaikh Mahir Ahmad, penebit Sukses Publishing, hal.269-270
2. Ar Ra’d 23-24
3. Muttafaqun ‘alaih. Lihat Jinaan Al-Khuld Na ‘Iimuha Wa Qushuuruha Wa Huuruha. (edisi terjemahan) oleh Syaikh Mahir Ahmad, penebit Sukses Publishing, hal. 268
4. Muslim, no. 7535, 7536 dan Ahmad no. 11294, 11494. Lihat ibidhal. 268-269
5. HR Tirmidzi no. 2717 dan Ahmad no. 8264. Lihat ibid hal. 269-270
6. HR. Imam Malik dalam al-Muwaththa’, no. 1661. Lihat ibid hal.319
7. HR. ahmad [2/203, 224, 225], an-Nasa’i [3/441,5872], dan ath-Thayalasi no. 2227. Lihat ibid hal. 348
8. QS al-Fathir: 33
9. QS. Al-Insan: 14
10. -Mundziri dalam at-Targhib Wa at-Tarhib [4/290], Fathul Bari[8/685]. Lihat Jinaan Al-Khuld Na ‘Iimuha Wa Qushuuruha Wa Huuruha.(edisi terjemahan) oleh Syaikh Mahir Ahmad, penebit Sukses Publishing, hal. 403.
11. HR al-Hakim, Abu Nuaim, al-Baghawi, Ibnu Abid Dunya, al Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Mubarak dan Abu Syaikh. Hadist ini sanadnya Jayyid. Lihat kelengkappan nomor hadistnya dalam ibid hal. 403
12. QS Al-Waqi’ah: 21
13. HR Ibnu Abi Hatim seperti dalam tafsir Ibnu Katsir 3/341. Lihat keterangan ini dalam Jinaan Al-Khuld Na ‘Iimuha Wa Qushuuruha Wa Huuruha. (edisi terjemahan) oleh Syaikh Mahir Ahmad, penebit Sukses Publishing, hal. 385-386.
sebait rindu yang bertunas
sejengkal lagi kematian akan menjemputku .
tak ada lagi yang berbekas, termungkinkan kecuali tulisan ini .
Alangkah bahagia diri jika kau mendo'akan diriku dalam ampunan ..
Akupun mendo'akan kita agar kita dapat bertemu kelak di jannah-Nya , bersama kita nikamati menatap wajah-Nya dan kelak kita jelang senyuman bidadari edisi spesial ..
Semoga kita dimudahkan ..
....:::sahabatmu yang berusaha hidup untuk Yang Menghidupkannya, dan yang berusaha mati hanya untuk Yang Mematikannya. Sahabamu yang berusaha untuk dengan Dia, Zat dari segala maha, ALLOHU TA'ALA :::....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar