Laman

..::Ahlan wa sahlan ya ikhwatii fillah::..

sebait rindu yang bertunas

sejengkal lagi kematian akan menjemputku .
tak ada lagi yang berbekas, termungkinkan kecuali tulisan ini .
Alangkah bahagia diri jika kau mendo'akan diriku dalam ampunan ..
Akupun mendo'akan kita agar kita dapat bertemu kelak di jannah-Nya , bersama kita nikamati menatap wajah-Nya dan kelak kita jelang senyuman bidadari edisi spesial ..
Semoga kita dimudahkan ..

....:::sahabatmu yang berusaha hidup untuk Yang Menghidupkannya, dan yang berusaha mati hanya untuk Yang Mematikannya. Sahabamu yang berusaha untuk dengan Dia, Zat dari segala maha, ALLOHU TA'ALA :::....

catatan kecil

Ini hanyalah tinta biasa. Tidak terlalu special. Catatan kecil ini bukanlah karya dari penulis ternama atau bahkan sastrawan pujangga. Hanyalah goresan hitam kehidupan dari sang jiwa yang syarat dosa dan kegalauan. Tulisan yang mendawamkan muqaddimah keluh kesah nan pencari hikmah. Kutulis mantera tinta dengan kata. Karena rasa, indah bila ditangkap ekspresi kata. Semoga Allohu ta’ala menjadikanku kedalam golongan orang orang yang ikhlas. Bismillah.



::::Berawal dari Mushola Asy Syifa

Sahabat, Ketika ridho-Nya menyapa terjagaku, kudapati kantukku yang hilang karena Terdengar sayup suara serak parau, Suara itu nampaknya dari ruang sunyi bernama mihrob dari surau. Pun ku dapati berpuluh pasang telinga tak hirau. Berpuluh pasang bibir betah bersenda gurau. Menit pun berlalu, Sejak seruan terpenggal batuk membisu. Sementara genit terus merayu dari suara-suara merdu penawar sendu. Sang pemuda tegar nan bersahaja duduk bersila menanti jamaah tiba. Duh, betapa iri hati ini kepada mereka yang semangat menuntut ilmu dan mengamalkan ilmunya di jalan ketaatan. Pula, jiwa ini begitu pilu melihat ghiroh tak kunjung nampak. Mengapa jiwa ini malas sekali beramal. Padahal, amal amal sedikit yang telah dikerjakan belum tentu diterima. Sudah tahu pula jiwa ini amal itu belum pasti diterima, bodohnya begitu nyamannya jiwa ini bermaksiat. Duhai jiwa, celakalah dirimu. Sedih hati.



::::Amalku belum tentu diterima



Sahabat, kudapati sebuah ayat yang menyentil hati ‘Pahala dari Alloh bukanlah menurut angan anganmu yang kosong dan tidak pula menurut angan angan Ahli kitab. Barang siapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Alloh.’[1]

Abdulloh bin mas’ud rodhiyallohu ‘anhu menilai ayat ini memeberikan kabar yang menakutkan. Demikian pula Umar bin khoththob rodhiyallohu ‘anhu. ‘Pahala dari Alloh bukanlah menurut angan anganmu’, mereka khawatir jika pahala sebagian atau bahkan seluruh amal mereka tidak diterima oleh Alloh, yang padahal mereka adalah generasi terbaik umat ini. Begitulah mereka yang makin banyak ilmu dan amalnya, akan semakin takut kepada Alloh. Lantas bagaimana dengan kita wahai jiwa?



Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah tatkala Ibrahim membangun pondasi Ka’bah dan juga Isma’il, mereka berdua berdoa; ‘Wahai Rabb kami terimalah amal kami’.” [2]. Wuhaib bin al-Ward rahimahullah ketika membaca ayat ini maka ia pun menangis dan berkata, “Wahai kekasih ar-Rahman! Engkau bersusah payah mendirikan pondasi rumah ar-Rahman, meskipun demikian engkau merasa khawatir amalmu tidak diterima!” [3]



::::sedang amal belum diterima, malah bermaksiat jiwa



Aku ingat akan sebuah kisah seseorang yang bernama taubah bin tsummah rohimahullohu ta’ala. Suatu hari dihitung hitungnya umurnya, kiranya ia dapati bahwa umurnya sekitar 60 tahun. Hingga ia konversikan dalam hari, terambillah 21.500 hari. Kemudian ia bergumam lirih dalam muhasabahnya, kalau seandainya aku melakukan satu hari satu dosa, maka kiranya terbuat 21.500 dosa.. Lantas ia merasa sengsaranya dirinya jika bertemu dengan sang kholiq. Lalu ia bayangkan bila dalam sehari ia membuat 10.000 dosa, kemudian ia pingsan dan tak siuman.[4] Itu dia yang ulama, yang ahli pula ibadahnya. Sedang kita? Rasanya tak terhitung lagi dosa dsoa ini dengan jari tangan dan jari kaki.



::::Senarai renungan



Sungguh, begitu pilu jiwa ini yang begitu tersesat dalam kesia-siaan. Begitu pandai lidah ini bersilat, sedang gerak jiwa dan raga tak membayanginya. Kiranya sudah berapa senja tak terjumpai hati ini. Begitu angkuhnya jiwa yang enggan menghadiri majelis ilmu yang padahal disana ada taman taman indah nan merekah. Begitu congkaknya merasa sudah pantasnya jiwa masuk surga, sedang maksiat tiap hari meraja lela. Betapa banyak amal dari jiwa ini yang didalamnya tercampur noda kesyirikan. Betapa banyak literasi yang terbuat dan terbaca namun tak mampu hati ini tergetarkan. Kiranya sudah berapa hari zikir pagi dan petang kita lewatkan? Sudah berapa kali kita tak sholat berjama’ah di masjid? Sudah berapa kali kita beramal tidak sesuai dengan al qur’an dan as sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush sholih? Sudah berapa sholat yang tak pula kunjung khusyuk? Sudah berapa kali mata ini memandang sesuatu yang bukan haknya? Sudah berapa malam tak pula kita berkhalwat pada Allohu ta’ala. Celaka engkau wahai jiwa.



::::Pertanyaan untuk diri, apakah amalmu sudah sesuai sunnah?



Sahabat, pula kudapati dari DIA yang maha benar atas segala Informasi, dalam kitabNya termaktub ‘Yaitu orang orang yang telah sia sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik baiknya’[5]

Ibnul Qoyyum menafsirkan bahwa yang dimaksud orang yang merugi dalam ayat ini, ‘inilah hasil amalan yang bukan diperuntukkan untuk Alloh, atau tidak mengikuti sunnah’. Mari kita tradisikan islam dan jangan islamakan tradisi non islam.



Kalaulah bukan karena rahmatNya dengan apalagi modal kita untuk menjemput jannahNya. Semoga Allohu ta’ala merahamati kita dan memudahkan kita dalam setiap kebaikan.



Kutujukan catatan in hanyalah untuk jiwaku, dan kumohon kau sebagai sahabatku kiranya mau menasehatiku. Aku rindu nasehatmu. As aluka an nashihah

~ inspirasi mushola asy syifa sma 9 bandar lampung



Erlan iskandar – Abu faiz al fishowarani

(Sahabatmu yang mencintai orang sholeh, meskipun ia belum termasuk didalamnya. Sahabatmu yang membenci ahlul maksiat meskipun ia lebih buruk dibanding mereka.)



FOOTNOTE :::

An Nisa: 123 – ‘majalah Ar risalah’
2. Al Baqarah: 127
lihat Tsamrat al-’Ilmi al-’Amal, hal. 17 – ‘tulisan mas hanif’
Kajian ustadz armen halim naro rohimahullohu ta’ala
Al Kahfi: 104

Tidak ada komentar:

Posting Komentar