Laman

..::Ahlan wa sahlan ya ikhwatii fillah::..

sebait rindu yang bertunas

sejengkal lagi kematian akan menjemputku .
tak ada lagi yang berbekas, termungkinkan kecuali tulisan ini .
Alangkah bahagia diri jika kau mendo'akan diriku dalam ampunan ..
Akupun mendo'akan kita agar kita dapat bertemu kelak di jannah-Nya , bersama kita nikamati menatap wajah-Nya dan kelak kita jelang senyuman bidadari edisi spesial ..
Semoga kita dimudahkan ..

....:::sahabatmu yang berusaha hidup untuk Yang Menghidupkannya, dan yang berusaha mati hanya untuk Yang Mematikannya. Sahabamu yang berusaha untuk dengan Dia, Zat dari segala maha, ALLOHU TA'ALA :::....

tentang kita, ayah dan ibunda

Selimut kasih ini belum mampu menghangatkan dinginnya kerinduan untuk membahagiakanmu, wahai ayah dan ibunda…
Seribu satu teori kebajikan belum pernah mampu membuat kami menyadari bahwa engkau ada…
Dan betapa kami begitu sibuk melupa diri, menghitung kebaikan diri yang tak pantas. Kemudian lambat sadar, bukti pengorbananmu yang tiada batas …
Begitu tersadar, ternyata kami sudah terlalu jauh berpetualang, sudah banyak adab dan etika yang kami ‘titipkan’ di kampung halaman sana...
Begitu ingat, segalanya telah mengubah diri kami menjadi musuh dari cita-cita kebajikan itu, betapapun indahnya...
Hati kami terlanjur beku dan mati …
Jiwa ini terlanjur gersang dan usang …
Wahai ayah dan ibunda, kini kami sadar, betapa engkau sudah terlalu banyak memaafkan kami. Dan kami yakin, maaf itu masih engkau punya …

---------------  ##************##  -------------

Sahabat, Sebenarnya ada hal yang terselip dalam hati yang ingin kubagi bersamamu. Ku harap kau baca risalah ini sampai akhir, jangan buru buru kau alihkan pandanganmu mengintip status orang lain ataupun wtw an orang lain.. Sisihkan waktu untuk membaca sedikit sinar indah ini yaitu tentang kita, ayahanda dan ibunda. Ku dapati dalam kitab ‘Sutra Kasih Ibunda’ karya Abu umar basyir. Tertera disana sebuah ayat yang amat menyentuh.. “Alloh telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orangtua.” [1] Lihat lah betapa pentingnya perintah berbakti pada orang tua hingga ia disandingkan dengan perintah berbakti pada Allohu ta'ala.

Sahabat, tidak tahukah kita bahwa berbakti kepada orang tua adalah termasuk jihad. “Abdulloh bin Amr bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki minta izin kepada Rosululloh [sholalllohu ‘alaihi wa salam] untuk ikut berjihad. Beliau bertanya, ‘Apakah kedua orang tua mu masih hidup? ’ Lelaki itu menjawab, ‘masih’. Beliau bersabda, ‘kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya’. ” [2]

Dan ketahuilah bahwa berbakti pada orang tua adalah termasuk cara masuk surga.
Orang tua adalah pintu pertengahan menuju surga. Bila mau silakan engkau pelihara. Bila tidak mau silakan tidak memperdulikannya. “ [3]
 kudapati pula yang menyatakan bahwa surga di bawah telapak kaki ibu .

Sahabat, ku ingin mengajak kita merenung, Allohu ta’ala berfirman, “Bukankah pernah datang suatu masa dalam hidup ini, dimana seseorang belum menjadi ‘sesuatu’ yang layak disebut? Sungguh Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan  melihat” [4].

Sahabat, Bertahun tahun yang lampau kita belum menjadi apa-apa. Renungkanlah realitas ini, kemudian bayangkanlah betapa besar karunia Alloh yang berkenan membuat kita ada. Padahal kita yakin, tanpa kita, Alloh tidak akan mengalami kerugian apapun juga. Setelah itu renugkanlah bahwa Alloh telah memiliki ‘perantara’ keberadaan kita di alam dunia ini. Ya, Mereka berdualah yang berangan-angan agar kita ada. Lalu atas izin Alloh kita pun tercipta. Mereka berdua amat berjasa bukan? Lalu pantaskah kiranya hati mereka kita buat menangis darah? “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku lah kalian kembali.” [5]

Sahabat, tidak kah kita pilu melihat pengorbanan seorang ayah yang berpeluh berletih membanting tulang untuk menghidupi kita. Namun Kita kira ia hanyalah lelaki tua yang tidak tahu alat-alat modern. Kita anggap ia kuno. Kita tertawainya dan menganggap memalukan diri kita. Sehingga kita malu mengenalkan orangtua pada teman kita. Renungkanlah betapa sabarnya ia menjawab setiap kata 'mengapa' dari kita. Ketika ia begitu perhatian membelikan pakaian baru untuk kita. Justru kita menolaknya menganggap pakaian tersebut bukan merk distro dan keitnggalan zaman. Berkata kita padanya ‘coba ayah ngomong dulu waktu mau beli. Aku gak suka merk ini bla bla bla dsb.’
Ketika sang ayah lupa topik pembicaraan, kita cepat cepat meninggalkannya. Tak mau kita beri waktu ia untuk mengingatnya. Padahal, saat terpenting baginya bukanlah ketika isi topik saat berbicara namun ketika yang terpenting ialah saat ia bisa melalui waktu bersama anaknya, itulah yang membuatnya bahagia. Sungguh Tidak pandai menghargai diri kita. sungguh.

Tidakkah kita ingat siapa kiranya yang rela mengurangi waktu tidurnya karena rengekan kita di tengah malam. Sedang kita begitu susah bangun tengah malam untuk mendo’akannya di solat lail kita. Lupa sekali kita berdo’a pada mereka, padahal mereka menghujani kita dengan do’anya di tiap ibadahnya. Herannya, bahkan kita selalu lupa berdo’a “ Ya robbi, berikanlah kasih sayang kepada mereka berdua, sebagaimana menyayangiku di waktu kecil” [6]
Ingatkah dengan Seorang wanita yang ketika baru melahirkan buah hatinya. Bukan kondisi lemah dirinya yang ia Tanya pertama kali. Namun bagaimana keadaan bayinyanya , apakah kiranya bayi sehat dan selamat. Herannya kita lupa menanyakan kabar mereka. Kita lebih perhatian menanyakan kabar teman atau pacar [padahal ini terlarang] disbanding menanyakan keadaan orang tua kita. Begitu sabar mereka latih kita tertatih berjalan. Herannya, kita tidak sabar ketika menunggu ibu yang sedang di pasar. Begitu perhatiannya mereka untuk membuat kita terhibur sehingga kita diajak bertamasya bersama mereka. Namun Kita tolak mentah-mentah tawaran mereka. Kita lebih memilih berjalan bersama teman-teman. TIdakkah kita telah membuat hati mereka teriris?? Tidak ingatkah kah kita mereka bahwa memberikan BANYAK dari sedikit yang mereka punya. Namun kita memberikan SEDIKIT dari banyak yang kita punya. Seringkali kita acap membantah orang tua, yang padahal berkata ‘ah’ saja dilarang oleh Allohu ta’ala. Pun patut untuk diketahui bahwa durhaka pada orang tua adalah termasuk dosa besar yang terbesar.
Dari Abu bakrah diriwayatkan bahwa Rosululloh [Sholallohu ‘alaihi wa salam] bersabda, ‘maukah kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar?’ Para shabat menjawab, ‘Tentu mau’ wahai Rosululloh [Sholallohu ‘alaihi wa salam]. Beliau bersabda ‘ Berbuat syirik kepada Alloh dan durhaka terhadap orang tua.’ Sambil bersandar beliau bersabda lagi, ‘Kemudian ucapan dusta persaksian palsu..’ Beliau terus mengulang sabdanya itu sampai kami (para sahabat) berharap beliau segera terdiam'" [7]

Ingatlah kisah ibnu Aun menceritakan bahwa suatu hari ibunya memanggil, namun beliau menyambut panggilan itu dengan suara yang menurut angapannya lebih keras dari suara ibunya. Maka beliau serta merta membebaskan 2 orang budak. [8] subhanalloh, kiranya kita menjadi Ibnu Aun, berapa ribu budak yang harus kita bebaskan karena ribuan kali suara kita lebih meninggi darinya dan acap kali kata kata kasar terlontar pada orang tua kita dari lisan. Semoga kita  dimudahkan untuk berbakti kepada Allohu ta’ala dan orang tua kita.


Sahabat, Sadarlah kita bahwa Sebuah bayangan tongkat tidak akan lurus apabila tongkatnya bengkok. Takutlah kita jika anak kita nanti durhaka karena balasan atas kedurhakaan kita pada orang tua kita saat ini. Takutlah kita pada balasan Allohu ta’ala…
Marilah kita robek lembaran durhaka kita yang lalu. Ya kita robek catatan itu seperti kita pernah merobek hati orang tua kita. Lihat kedepan , berbaktilah padanya. Kita bertaubat pada Allohu ta’ala dari kesalahan kita yang telah lalu.. Sudahkah kiranya kita hari ini menanyakan kabarnya?? Jika belum, raih segera ponselmu, telpon skrg!! Namun jika kau anak kos, maka mainkan saja jari jemari dengan kata dalam sebuah pesan kita. Ya, aku mengerti bahwa anak kos harus irit. ^^.

From :: Erlan Iskandar, (sahabatmu yang mencintai orang sholih meskipun ia belum termasuk didalamnya, sahabatmu yang membenci ahlul maksiat meski ia lebih buruk dibanding mereka) [9]


:::::::  footnote  :::::::
  1. Al Isro 23H.R. 
  2. Al Bukhori dan Muslim
  3. H.R Tirmidzi, dinyatakan shohih oleh syaikh Al Bani, dan menurut para ulama yang dimaksud pintu pertengahan yakni pintu terbaik.
  4. Al Insan 1-2
  5. Luqman 14
  6. Al Isro 24
  7. H.R. Bukhori dan Muslim
  8. Siyaru A’lamin Nubala VI : 366
  9. Menukil perkataan Ibnul Mubarok

Allohu a’lam bish showab ....
Wabillahit taufiq ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar