Persembahan untuk kau anakku. Meski kau belum ada di dunia. Wajar memang, karena ayah sampai kini pun belum memiliki sesosok ‘aisyah. Terlebih pula ma’isyah. Ketahuilah, ayah sedang menuntut ilmu di kampus peradaban, universitas gadjah mada. namun apa mau dikata, kerinfuan ayah akan sosokmu tengah memuncak. Hingga ayah hadirkan kerinduan ini lewat tinta ini. Ayah kan coba coba, tuk percikkan uraian uraian kata menjadi prosa indah dan berima senada. Bismillah.
Wahai anakku, ku titip pesan ini untukmu. Kuhadiahkan hanya untukmu. Agar nanti dapat kukabarkan pada dunia bahwa setelah mencintai Allohu ta’ala dan Rosul-Nya, ayah mencintai orang sholeh sepertimu dijalan keimanan. Insya Alloh. Kiranya bila dapat ayah gapai rembulan di semburat malam, kan ayah raih cahayanya dan kana ayah tuliskan namamu di pesona sinarnya, Agar dunia tahu betapa bahagianya ayah memiliki anak sepertimu.
Wahai anakku, ayah dapati dari Dia, yang Maha benar atas segala informasi, ‘Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba. suatu berita penting yang diyakini.’[1] Maka terimalah nasehat dariku wahai anakku, meskipun ayah tidaklah lebih hina dari burung hud hud dan engkau tidaklah lebih berilmu dari nabi sulaiman ‘alaihi salam.[2]
Wahai anakku, setelah kesabaran yang panjang dan kerinduan yang mendalam, ayah racik komposisi kata kata menajdi untaian pesan pesan pemikat cinta yang ranum, manis nan mengena. Dan semoga Nasihat ayah untukmu ini menjadi bekal bagi kita untuk berkumpul bersama di tempat kita berjanji bertemu, disana kan kita nikmati manisnya sungai madu, susu, buah buahan yang manis dan bidadari edisi special. Semoga tempat itu menjadi kampung halaman wahai anakku.
Wahai anakku, pesan pertama untukku dan untukmu. Tak berbeda dengan Luqman yang menasehati anaknya, ‘Wahai puteraku, janganlah berbuat syirik kepada Allah, karena sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar.’[3]
Wahai anakku, ketahuilah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Mu’adz, “Wahai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba dan hak hamba atas Allah ? Maka Mu’adz menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Lalu Rasul bersabda, “Hak Allah atas hamba adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Sedangkan hak hamba atas Allah adalah Allah tidak akan menyiksa hamba yang tidak mepersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.[4]
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan berkata, Hadits ini menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala memiliki hak yang harus ditunaikan oleh para hamba. Barangsiapa yang menyia-nyiakan hak ini maka sesungguhnya dia telah menyia-nyiakan hak yang paling agung. [5]
Wahai anakku, ketahuilah olehmu bahwa syarat diterima amal adalah ikhlas dan ittiba’ rosul. Takutlah jika amal kita tidak diterima karena amal kita tak sesuai dengan sunnahnya. ‘Barangsiapa yang beramal yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka ia tertolak.” [6] Wahai anakku, oleh karena itu milikilah ilmu. Adalah termasuk kebaikan dari Alloh jika kau difahamkan tentang ad diinul islam ini.
Wahai anakku, bacalah! Sebab alangkah indahnya pengetahuan. Milikilah buku, kisah dan referensi. Belanajakan jerih payah dan cucuran keringatku untuknya. Bersabarlah dengan kata kata sulit. Buktikan kebesaranmu dalam tulisan di atas kanvas jiwa. Bila kata telah berkhianat, dan ide telah kelelahan, maka robeklah kertas. Dan ulangilah lagi usahamu. Tulislah bahwa aku ridho atas apa yang kau lakukan di jalan ketaqwaan.[7]
Wahai anakku, tidakkah kau dengar sorak suara adzan yang menyerukan kemenangan, ‘hayya ‘ala falaah’. Sambutlah seruan itu anakku, kemenangan itu atasmu. Lepaskanlah debu debu dari pundak kemalasan. Bangunlah dari kerangkeng kereangkeng mimpi yang membelenggumu. Bangkitlah dan songsonglah kemenangan. Sungguh surga amat jauh didepan, sedang neraka sangat dekat mengintai. Takutlah engkau pada Allohu ta’ala. Engaku boleh saja bermaksiat, asalkan kau bisa hidup selain di bumi Alloh, asal kau yakin kau bisa lepas dari pengawasan Alloh. Asal engkau yakin akan bisa lepas dari azabnya. Dan engaku bisa menciptakan surga sendiri dan bisa menikmati indahnya. Namun kupikir sekali kali tidak.
Wahai anakku, maka itu jadilah anak yang sholeh. Jadilah engkau asset ayah yang berharga. Do’akanlah kebaikan untuk ayahmu ini yang syarat bermaksiat. Doakan agar ayah mati dengan husnul khotimah, doakan pula agar kita dapat bertemu disana, ditempat kita berjanji. Yaitu di Jannha-Nya.
Ku nanti majas cinta darimu, wahai anakku…
dari ayahmu yang mencintai orang sholeh meskipun ayah belum termasuk didalamnya. Ayahmu yang membenci ahlul maksiat meskipun ayah jauh lebih buruk disbanding mereka. [8]
:::: FOOTNOTE ::::
An naml 22
Taujih Abdulloh bani’mah
Luqman 13
HR. Al Bukhari dan Muslim
Hushul Al Ma’mul
HR. Muslim
Binder KGS, yg ia lupa darimana ia mengutipnya
Menukil dari Ibnul Mubarok
sebait rindu yang bertunas
sejengkal lagi kematian akan menjemputku .
tak ada lagi yang berbekas, termungkinkan kecuali tulisan ini .
Alangkah bahagia diri jika kau mendo'akan diriku dalam ampunan ..
Akupun mendo'akan kita agar kita dapat bertemu kelak di jannah-Nya , bersama kita nikamati menatap wajah-Nya dan kelak kita jelang senyuman bidadari edisi spesial ..
Semoga kita dimudahkan ..
....:::sahabatmu yang berusaha hidup untuk Yang Menghidupkannya, dan yang berusaha mati hanya untuk Yang Mematikannya. Sahabamu yang berusaha untuk dengan Dia, Zat dari segala maha, ALLOHU TA'ALA :::....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar