Hari ini Nampak seperti prosa bertema sendu
Dengan rima berbeda namun dengan syair melayu
Hari ini tak Nampak seperti pantun jenaka
Karena kabut tengah penuhi udara, semua
Mengharap senyummu kala wudhu bertayamum
Menanti kedatanganmu kala hari berawal dhuha
Mencari bayang sinarmu kala urat siap bersemburat
Aku termangu menunggu,
Berselimut embun bercampur kabut
Yang ada hanya kesedihan menusuk mata
Hampir nafas tersedak sesak asap angkara
Kukucak mata seolah tak menyangka
Hingga Lamunku semakin terbaca
Ooh, kiamatkah hari ??
mengapa embun daun lontar menjadi
kaku ...
Sudah berapa pagi surya tak Nampak?
Gunung gunungpun bermuntah dahak
Sementara para petapa tak secuilpun terhentak
Karena dzikirnya seiring hentak
hingga di riuh ramai sesak
Dentuman berisik musik
masih membuat lelap katarak
Muslim pun hanya diam,
Akupun terdiam
lirihku dalam hati hitam,
'mana islam yang bersalam?'
dibalik diam dan alam
bait bait do'a coba kusulam
'Ashbahna 'ala fithrotil islam'
sebait rindu yang bertunas
sejengkal lagi kematian akan menjemputku .
tak ada lagi yang berbekas, termungkinkan kecuali tulisan ini .
Alangkah bahagia diri jika kau mendo'akan diriku dalam ampunan ..
Akupun mendo'akan kita agar kita dapat bertemu kelak di jannah-Nya , bersama kita nikamati menatap wajah-Nya dan kelak kita jelang senyuman bidadari edisi spesial ..
Semoga kita dimudahkan ..
....:::sahabatmu yang berusaha hidup untuk Yang Menghidupkannya, dan yang berusaha mati hanya untuk Yang Mematikannya. Sahabamu yang berusaha untuk dengan Dia, Zat dari segala maha, ALLOHU TA'ALA :::....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar